Minggu, 07 Desember 2008

इकोनोमी managerial

TEORI EKONOMI DAN BERUBAHNYA PARADIGMA.
Sewaktu penulis kuliah di Wharton – University of Pennsylvania, kuliah
ekonomi diberikan oleh Profesor Richard Bromm, seorang profesor yang juga
kaya raya dari warisan keluarga dan kepiawaiannya menggolangkan dana
perusahaan keluarga. Salah satu kuliahnya ialah bahwa pembahasan Teori
Ekonomi dalam praktek bisnis jangan dicampur adukkan sebab teori
seringkali terlalu banyak faktor dan terlalu banyak buku-buku yang
seringkali saling bertentangan dan saling membingungkan. Bisnis ialah
PRAKTEK-PRAKTEK dari ku mpulan teori , dari pemikiran-pemikiran kaum
bisnis. Kalau semuanya tergantung dari teori, pekerjaan akan menguntungkan
kalau diolah para profesor ahli management atau ahli teori bisnis.
Sedangkan kebanyakan profesor tetap saja hidup dalam kecukupan dan b ukan
kemewahan-kemewahan seperti kaum bisnis. Itulah sebabnya kalau kita mau
belajar dan mengemukakan Teori Ekonomi, kita harus melakukan dengan
konsekwen dan jangan dicampur adukan dengan praktek-praktek bisnis yang
rumit dan! selalu berubah: DYNAMICS.
Prof. Bromm juga mengemukakan bahwa dalam praktek bisnis selalu terjadi
perubahan-perubahan dan sangat cepat dinamikanya. Kalau kita gunakan teori
yang sudah usang, jelas akan membawa kehancuran. Itulah sebabnya pengusaha
yang berhasil seringkali adalah p engusaha yang pernah tertumbur-tumbur
dan mengalami kebangkrutan tetapi bangkit kembali. Richard Li, putra Li Ka
Hsing Tycoon dari Hongkong merugi milyaran US $ dalam bisnis IT –
Information Technology setelah namanya meroket oleh keberhasilan dalam
beber apa bisnis yang menguntungkan. Tetapi Richard Li tetap menghadapi
kerugian bisnis dan tetap menekuni bisnis yang kemungkinan dikemudian hari
akan memberikan keuntungan. Justru keberanian mengambil resiko dan
keberanian mengubah paradigmalah yang menjadika n bisnis mampu menangguk
keuntungan.
Jelas sekali dalam kuliahnya Prof Bromm mengemukakan bahwa paradigma hari
ini akan berubah terus, dan bisnis yang menjanjikan juga akan berubah.
Siapa yang mengenal bisnis IT dalam tahun 1980-an ? Bisnis IT tak terlalu
dikenal pada masa itu, bahkan bisnis Multi Level Marketing belum tumbuh ,
dan yang ada ialah tradisionil , kemudian bisnis Franchising yang tetap
menjanjikan untuk disebarkan di Indonesia : meskipun paradigmanya
kelihatan samar sama tetapi kita tetap harus waspada: paradigma selalu
berubah mengikuti penemuan-penemuan baru. Kalau kita bayangkan bagaimana
bisnis sebelum penemuan mesin uap, dimana konsentrasi bisnis ialah produk
pertanian, produk tekstil dan perusahaan-perusahaan pembuat tekstil
mengubah industrinya menjadi industri otomotif : Toyota adalah perusahaan
pembuat mesin tekstil dan berhasil menjadi salah satu produsen mobnil
terbesar didunia. Texmaco adalah perusahaan Indonesia yang menginginkan
jejak Toyota dan dari pabrik alat-alat tekstil diubah menj! adi pabrik
mobil. Tentu saja paradigma-nya lain sekali dan yang dilakukan oleh
Texmaco akhirnya terbukti cuma rekayasa keuangan dengan
peminjaman-peminjaman mark up dan manipulasi besar-besaran. Yang dimiliki
oleh Toyota adalah berbeda dengan yang dimilik i Texmaco : terutama Sumber
Daya Manusia dan permodalan: Toyota memiliki modal besar sehingga tak
tergantung dari Bank, sedangkan Texmaco tak memiliki SDM yang lengkap dan
sangat tergantung dari pinjaman Bank.
Sudah dikatakan bahwa Teori memang harus dipelajari dengan baik dan selalu
ada teori-teori yang ssaling bertentangan karena faktor paradigma, faktor
masa, faktor pertumbuhan ekonomi dan juga faktor dimana ekonomi tersebut
berlaku. Ekonomi Amerika sangat b erbeda dengan ekonomi Indonesia. Kita
lihat saja betapa Makanan Cepat Saji yang sekarang laku sekali : Big Mac,
KFC, dan beberapa Franchising dari Amerika , Jepang dan Eropa. Pada tahun
1970-an penjual-penjual dengan franchising kebanyakan bangkrut. Ingat
American Hamburger yang membuka cabang di Jakarta menjadi bangkrut karena
tidak laku. Dan baru pada tahun 1980-an makanan-makanan macam KFC dan
Hamburger digemari rakyat, kemudian makanan Italy dan saat ini resto
dengan hidangan-hidangan frachising menja mur di Jakarta dan kota-kota
besar lainnya. Kalau orang tua mengatakan : “ Itu kan Teori ? “ Kemudian
dilanjutkan : “ Teori kan lain dengan praktek .” Padahal bukannya teori
lain dengan praktek, tetapi yang terjadi ialah apaka! h teori tersebut
dipraktekkan setelah mempelajari teori dengan lengkap ? Teori hanya
sebagai dasar pemikiran dan bukannya praktek bisnis, seperti juga kuliah
Prof. Bromm : “ Ada paradigma dan masa yang berbeda yang menyebabkan
praktek-praktek bisnis menja di rumit kalau cuma didasarkan teori plek



The Economy of Scarcity: Teori Ilmu Ekonomi Kelangkaan
Toni – Monday, 10. 20. 2008 – Stories
Sebenarnya saya tak begitu mengenal Seth Godin. Saya baru saja mengikutinya bebrapa waktu ini. Pun demikian, I’m already hooked up. I sold my soul. Lalu apa hubungannya dengan economy of scarcity? Economy of scarcity atau ekonomi dalam kelangkaan adalah salah satu strategi pemasaran yang eksepsional. Adalah sebuah trik yang cerdik untuk menawarkan sesuatu yang eksklusif dan langka. Semua orang suka dengan barang langka. Adalah suatu kemewahan dan kebanggaan tersendiri bagi seseorang untuk memiliki barang langka.
Prinsip tersebut adalah apa yang menjadi dasar economi of scarcity. Namun jangan terkecoh. Berprinsip pada kelangkaan tidak berarti bahwa barang/jasa yang ditawarkan harus benar-benar langka. Pun harganya tidak harus dipasang pada angka yang sangat tinggi. Kelangkaan bisa dibuat, baik secara nyata ataupun dalam tingkatan persepsi. Tungu-tunggu, saya belum terlalu geeky kan di sini? Dalam tingkatan persepsi itu maksudnya adalah dalam angan-angan si calon konsumen.
Contohnya seperti ini. Anda pernah mendapatkan invitation code ke layanan yang sedang beta? Di mana di dalamnya Anda diperbolehkan menyebarkan sejumlah terbatas invitation ke teman-teman Anda? Ini berarti undangan tersebut langka bukan? Tapi apakah Anda tahu bahwa invitation code yang Anda terima itu bisa jadi sama dengan yang lain? Apa iya? Apakah Anda mulai bertanya-tanya?
Kelangkaan juga bsia diciptakan seperti apa yang baru saja dilakukan oleh Seth Godin. Saya tidak tahu apakah ini memang tujuannya, saya belum bertanya langsung kepada yang bersangkutan. Yang dilakukan adalah merilis audiobook dari buku terbarunya, Tribes, secara gratis di audible.com. Yang kenal dan mengidolakan Seth Godin tentu akan segera mengunduh buku ini. Sangat segera seolah audiobook ini tidak gratis dan berjumlah terbatas. Ternyata apabila kita telaah yang langka adalah momennya. Kehausan pembaca buku-buku Seth Godin membuat persepsi langka ini menjadi terasa jauh lebih nyata. Rasa ingin tahu membuat audiobook yang gratis dan bebas unduh menjadi rebutan khalayak ramai.